Tanggal: 24 Oktober 2025
Pagi ini sambil scrolling koran digital Bisnis Indonesia, saya langsung tertarik dengan tiga berita besar yang kayaknya saling berkaitan. Ada yang soal strategi investor institusi di pasar saham, masalah keuangan BUMN energi seperti PLN, sampai kabar terbaru dari sektor properti. Nah, daripada cuma dibaca sepintas, mending kita bahas satu-satu ya. Siapa tahu ada insight yang bisa kita pakai untuk keputusan finansial kita sendiri.
• Ke mana arah investasi para pemain besar di pasar saham?
• Kenapa PLN dan Pertamina dapat "bantuan khusus" dari pemerintah?
• Apa kabar sektor properti di tengah ekonomi yang masih menantang ini?
Investor Besar Lagi Lirik Saham Apa Sih?
Jadi gini, kalau kita lihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulan September kemarin, ada kenaikan sekitar 2,9%. Kedengarannya bagus ya? Tapi tunggu dulu, ternyata kenaikan ini lebih banyak didorong oleh saham-saham konglomerat yang nggak begitu likuid—maksudnya, saham yang jarang ditransaksikan. Contohnya seperti BRPT dan DSSA.
Yang menarik, investor asing justru masih net sell alias lebih banyak jual daripada beli. Total arus keluar mereka mencapai US$234 juta. Kebanyakan merekalepas saham-saham perbankan besar seperti BBCA (Bank BCA), BBNI (Bank BNI), dan BMRI (Bank Mandiri).
Nah ini dia. Investor institusi lokal—kayak dana pensiun, asuransi, manajer investasi—mereka justru lagi aktif nyari peluang. Menurut analisis dari BRI Danareksa Sekuritas, ada tiga sektor yang jadi fokus mereka bulan Oktober ini:
1. Sektor Perbankan
Kenapa perbankan? Soalnya kondisi likuiditas diprediksi membaik. Ini akan keliatan dari Cost of Fund (biaya dana) bulan September yang diharapkan lebih menarik. Saham yang paling direkomendasi ya tetep BBCA dengan target harga Rp 11.900. Alasannya simpel: BCA konsisten tumbuh labanya, dan kualitas asetnya juga bagus—artinya kredit macetnya rendah.
2. Sektor Telekomunikasi
Untuk telekomunikasi, pilihan utamanya TLKM (Telkom Indonesia) dengan target harga Rp 3.500 per saham. Kompetisi di industri telko sekarang udah lebih rasional—maksudnya nggak kayak dulu yang perang harga terus. Ini bikin margin keuntungan perusahaan lebih stabil.
3. Sektor Komoditas (Logam)
Harga emas dan logam industri lagi naik, jadi saham-saham emiten logam juga ikut naik. Rekomendasi di sektor ini antara lain INCO dan AADI. Kalau kamu lihat chart harga komoditas global, momentum kenaikannya memang cukup kuat akhir-akhir ini.
Jadi kalau kamu investor retail yang masih bingung mau beli saham apa, mungkin bisa ikutin jejak para institusi ini. Bukan berarti pasti untung ya, tapi setidaknya mereka punya tim riset yang lebih dalam dan akses informasi yang lebih lengkap.
Drama Keuangan PLN dan Pertamina: Akhirnya Ada Solusi?
Nah, kalau ngomongin BUMN energi seperti PLN dan Pertamina, kita semua tahu mereka ini tulang punggung kebutuhan energi nasional. Tapi di balik itu, ada masalah keuangan klasik yang terus berulang: tunggakan subsidi dari pemerintah.
Bayangin gini, PLN harus tetap suplai listrik ke masyarakat dengan harga yang udah disubsidi. Pertamina juga sama, jual BBM dengan harga terbatas. Tapi uang subsidi dari pemerintah sering telat cair. Akibatnya? Mereka harus pinjam ke bank buat nutup operasional—dan itu bikin beban bunga makin gede.
Skema Baru: Bayar 70% Setiap Bulan
Kabar baiknya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ngumumin kalau mulai Oktober 2025 ini, pemerintah akan bayar subsidi secara lebih teratur. Skema barunya: 70% dari subsidi dibayar setiap bulan. Ini beda banget sama sebelumnya yang pembayarannya nggak menentu.
Dampaknya apa? Arus kas PLN dan Pertamina jadi lebih sehat. Mereka nggak perlu terlalu bergantung sama pembiayaan eksternal dari perbankan. Ini juga ngefek ke efisiensi operasional mereka karena beban bunga pinjaman bisa berkurang.
Sampai awal Oktober, pemerintah udah realisasikan pembayaran subsidi Rp 192,2 triliun atau sekitar 49% dari total pagu. Lumayan lah, at least ada progress dibanding tahun-tahun sebelumnya yang sering molor.
Kenapa Ini Penting Buat Kita?
Mungkin kamu mikir, "Ah, urusan BUMN jauh dari hidup gue." Tapi coba pikir lagi. Kalau PLN sehat finansialnya, pasokan listrik jadi lebih stabil. Kalau Pertamina nggak keburu-buru cari pinjaman, harga BBM bisa lebih terkendali. Jadi ini efeknya domino ke kehidupan kita sehari-hari.
Plus, buat kamu yang main saham, kondisi BUMN energi yang membaik bisa jadi pertimbangan buat lirik saham-saham sejenis atau yang terkait supply chain energi.
Properti: Masih Worth It Nggak Sih di 2025?
Sektor properti emang lagi nggak seoptimis dulu. Tapi bukan berarti nggak ada peluang sama sekali. Salah satu emiten yang masih cukup tangguh adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA).
Gimana Performa Mereka?
Di sembilan bulan pertama tahun 2025, CTRA catat marketing sales (prapenjualan) sebesar Rp 7,6 triliun. Memang turun 12% dibanding periode sama tahun lalu yang Rp 8,7 triliun. Tapi kalau dibandingkan developer lain, CTRA ini yang paling deket sama target tahunan mereka.
Target mereka tahun ini Rp 11 triliun—sama kayak tahun 2024. Tapi yang bikin menarik, mereka proyeksikan pendapatan bisa naik 5-10%, dan laba bersih bisa naik lebih tinggi lagi 10-15%. Kok bisa?
Diversifikasi Geografis
CTRA juga nggak cuma fokus di satu daerah. Penjualan mereka tersebar:
- 52% dari Jakarta
- 22% dari Surabaya
- 13% dari Sumatera
- 5% dari Sulawesi
Strategi ini penting banget karena kalau satu regional lagi turun, yang lain masih bisa nopang.
Angin Segar: Suku Bunga Turun
Kabar baik buat sektor properti adalah tren suku bunga yang mulai turun. Kenapa ini penting? Karena mayoritas pembelian properti pakai skema KPR (Kredit Pemilikan Rumah), yang kontribusinya bisa sampai 70-75% dari total transaksi.
Suku bunga turun = cicilan KPR lebih ringan = lebih banyak orang mampu beli rumah. Simple kan?
Well, itu balik lagi ke kondisi finansial dan kebutuhan kamu masing-masing. Tapi yang jelas, dari sisi makro ekonomi, kondisinya lagi lebih mendukung dibanding beberapa tahun lalu waktu suku bunga masih tinggi.
Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Dari tiga berita ekonomi ini, ada beberapa insight yang bisa kita ambil:
Pertama, di pasar saham, sektor perbankan, telekomunikasi, dan komoditas lagi jadi incaran investor besar. Kalau kamu lagi nyari ide investasi, sektor-sektor ini worth it buat dianalisis lebih dalam.
Kedua, kebijakan pemerintah terhadap BUMN energi mulai ada perbaikan. Skema pembayaran subsidi yang lebih teratur bisa bikin operasional mereka lebih smooth. Ini juga berdampak ke stabilitas harga energi yang pada akhirnya ngefek ke inflasi dan daya beli masyarakat.
Ketiga, sektor properti memang masih challenging, tapi ada sinar terang. Developer yang punya strategi diversifikasi dan recurring income kayak CTRA masih bisa survive. Plus, suku bunga yang turun jadi katalis positif buat sektor ini.
Gimana, udah ada gambaran kan tentang apa yang lagi terjadi di ekonomi kita? Kalau ada pertanyaan atau mau diskusi lebih lanjut, feel free ya!
Stay informed, stay smart! 💪



Komentar
Posting Komentar