Surat Al-Waqi'ah: Warisan Spiritual dari Sahabat Nabi yang Masih Diamalkan Hingga Kini
Pernahkah Anda mendengar tentang pengajian Al-Waqi'ah? Atau mungkin Anda sendiri rutin mengikutinya setiap minggu? Tradisi membaca surat Al-Waqi'ah ini ternyata bukan sekadar kebiasaan yang muncul begitu saja. Ada kisah indah di baliknya yang berasal dari zaman sahabat Nabi Muhammad SAW. Mari kita telusuri bersama apa sebenarnya surat Al-Waqi'ah ini dan mengapa begitu banyak orang yang mengamalkannya hingga hari ini.
Mengenal Surat Al-Waqi'ah
Al-Waqi'ah adalah surat ke-96 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 96 ayat. Nama Al-Waqi'ah sendiri berarti "Hari Kiamat" atau "Peristiwa yang Pasti Terjadi". Surat ini turun di Makkah dan masuk dalam kategori surat Makkiyah, yang isinya lebih banyak membahas tentang akidah, keimanan, dan kehidupan akhirat.
Kalau Anda membaca surat ini, Anda akan menemukan gambaran yang sangat detail tentang hari kiamat dan bagaimana manusia akan dikelompokkan menjadi tiga golongan. Ada yang disebut As-Sabiquun (orang-orang yang paling dahulu beriman), Ashab al-Yamin (golongan kanan), dan Ashab asy-Syimal (golongan kiri). Setiap golongan ini punya "nasib" yang berbeda di akhirat nanti.
Yang menarik, surat ini juga mengingatkan kita tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di sekitar kita. Mulai dari proses penciptaan manusia, bagaimana tanaman bisa tumbuh dari biji yang kita tanam, air yang kita minum setiap hari, sampai api yang kita gunakan. Semua itu adalah bukti kebesaran Allah yang seharusnya membuat kita makin yakin dengan-Nya.
Kisah Wasiat Abdullah bin Mas'ud yang Menyentuh Hati
Nah, ini dia bagian yang paling menarik. Tahukah Anda bahwa tradisi membaca surat Al-Waqi'ah ini punya akar sejarah yang sangat kuat? Kisahnya berawal dari seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu.
Suatu ketika, Utsman bin Affan bertanya kepada Abdullah bin Mas'ud: "Wahai Abdullah, seandainya engkau berwasiat kepada kami, karena jika engkau meninggal atau meninggalkan anak perempuan, kami akan memelihara mereka setelah kepergianmu."
Jawaban Abdullah bin Mas'ud sungguh tak terduga. Beliau berkata: "Aku telah mengajari mereka surat Al-Waqi'ah, dan aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Barangsiapa yang membacanya setiap malam, aku kira beliau berkata, akan terhindar dari kemiskinan.'"
Subhanallah, bayangkan ya. Ketika ditawari jaminan bahwa anak-anaknya akan dipelihara oleh Utsman bin Affan (yang notabene adalah khalifah yang kaya raya), Abdullah bin Mas'ud justru menjawab dengan tenang bahwa beliau sudah mewariskan sesuatu yang lebih berharga: amalan membaca surat Al-Waqi'ah.
Ini bukan berarti beliau tidak peduli dengan masa depan anak-anaknya. Justru sebaliknya. Beliau sangat peduli, makanya beliau memilih untuk mewariskan sesuatu yang akan terus bermanfaat, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Warisan berupa amalan dan ilmu, bukan sekadar harta yang bisa habis.
Tradisi Pengajian Al-Waqi'ah di Jawa
Kalau Anda tinggal di Jawa, terutama Jawa Timur, pasti tidak asing dengan pengajian Al-Waqi'ah. Tradisi ini ternyata sangat populer di berbagai pondok pesantren dan majelis taklim. Banyak pesantren besar yang menjadikan pembacaan surat Al-Waqi'ah sebagai amalan rutin santri-santrinya.
Beberapa Pesantren yang Mengamalkan
- Pondok Pesantren Mambaul Hikam II di Blitar - Para santri membaca Al-Waqi'ah setiap hari setelah shalat Ashar
- Pondok Pesantren Darul-Falah di Tulungagung - Semua santri diwajibkan mengikuti pembacaan rutin setiap hari
- Pondok Pesantren Al-Hidayah II di Pasuruan - Tradisi ini diturunkan melalui ijazah dari KH pengasuh
- Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Putri di Kota Batu - Pembacaan dilakukan setelah Ashar
- Pondok Pesantren Annur 1 di Bululawang Malang - Mengajarkan riyadhah khusus membaca Al-Waqi'ah
Bahkan ada juga pesantren di luar Jawa yang mengamalkan tradisi ini, seperti Pondok Pesantren Hidayatul Insan di Palangka Raya, Kalimantan. Ini menunjukkan bahwa tradisi membaca surat Al-Waqi'ah sudah menyebar luas ke berbagai daerah.
Bagaimana Cara Pelaksanaannya?
Biasanya, pengajian Al-Waqi'ah ini dilakukan secara berjamaah. Waktunya bervariasi, ada yang setelah Subuh, ada yang setelah Ashar, ada juga yang malam Jumat. Yang penting adalah konsistensi dan istiqomah dalam menjalankannya.
Di beberapa tempat, sebelum membaca surat Al-Waqi'ah, para jamaah membaca beberapa dzikir terlebih dahulu. Ada yang membaca surat Al-Fatihah sebagai tawassul, ada juga yang membaca ayat-ayat tertentu sebanyak tujuh kali. Setelah selesai, biasanya ditutup dengan doa bersama dan terkadang ada tausiyah (ceramah) dari pengasuh atau ustadz.
Nasihat Guru Ngaji tentang Istiqomah
Ada nasihat berharga dari seorang guru ngaji yang patut kita renungkan. Beliau berkata bahwa jika ingin mendapatkan manfaat dari membaca surat Al-Waqi'ah, kuncinya adalah istiqomah dan konsisten.
Nasihat ini sangat sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Amal yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi bukan tentang banyak atau sedikitnya, tapi tentang konsistensi. Lebih baik membaca sedikit tapi rutin setiap hari, daripada sekali-kali membaca banyak tapi tidak konsisten. Dengan konsistensi, amalan akan menjadi kebiasaan. Dan kebiasaan baik inilah yang akan membawa keberkahan dalam hidup kita.
Apakah Benar Bisa Menjauhkan dari Kemiskinan?
Ini pertanyaan yang sering muncul. Jawabannya: Ya dan tidak. Maksudnya bagaimana?
Yang perlu dipahami adalah konsep "cukup" dalam Islam itu berbeda dengan konsep "kaya raya" dalam pandangan dunia. Allah tidak menjanjikan bahwa dengan membaca surat Al-Waqi'ah kita akan jadi orang terkaya di kampung. Tapi Allah menjanjikan bahwa kita akan terhindar dari kemiskinan yang menghimpit.
Konsep "cukup" dalam Islam mencakup:
- Rezeki yang barakah (berkah), bukan hanya banyak tapi juga berkah
- Qana'ah, yaitu merasa cukup dan puas dengan pemberian Allah
- Terhindar dari lilitan hutang dan kesulitan ekonomi yang berat
- Hati yang tenang, tidak gelisah karena urusan rezeki
Yang penting juga untuk diingat: membaca surat Al-Waqi'ah bukan lantas membuat kita boleh malas bekerja atau berusaha. Ini bukan mantra ajaib yang otomatis membuat uang berjatuhan dari langit. Kita tetap harus berikhtiar, berusaha, dan bekerja keras. Surat Al-Waqi'ah adalah wasilah (perantara), bukan jaminan otomatis.
Tips Mengamalkan Surat Al-Waqi'ah dengan Benar
Kalau Anda tertarik untuk mulai mengamalkan tradisi membaca surat Al-Waqi'ah, berikut beberapa tips yang bisa membantu:
1. Niatkan dengan Benar
Yang utama adalah niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Jangan jadikan ini sekadar ritual untuk "jaminan" rezeki. Ingat, rezeki sudah ada yang ngatur, yaitu Allah SWT. Kita hanya berikhtiar dan berdoa.
2. Pilih Waktu yang Konsisten
Seperti nasihat guru ngaji tadi, pilih satu waktu dan konsisten di waktu itu. Mau setelah Subuh, Ashar, Maghrib, atau Isya, silakan pilih yang paling memungkinkan untuk Anda rutin jalani.
3. Dalam Keadaan Suci
Usahakan membaca dalam keadaan berwudhu. Ini untuk menghormati kalam Allah yang kita baca. Cari tempat yang tenang agar bisa lebih khusyuk.
4. Pahami Artinya
Jangan hanya membaca tanpa tahu artinya. Luangkan waktu untuk mempelajari terjemahan dan tafsirnya. Dengan begitu, kita tidak hanya membaca, tapi juga mengambil pelajaran dari kandungan ayat-ayatnya.
5. Tetap Berusaha dan Bekerja
Ini yang paling penting! Jangan sampai membaca Al-Waqi'ah tapi malas bekerja atau berusaha. Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk mengikat unta dulu, baru bertawakal kepada Allah. Artinya, usaha dan doa harus berjalan beriringan.
Pandangan Ulama tentang Amalan Ini
Para ulama memang berbeda pendapat tentang keshahihan hadits mengenai keutamaan surat Al-Waqi'ah. Ada yang menganggap shahih, ada juga yang melemahkannya. Tapi yang pasti, tidak ada ulama yang melarang membaca surat Al-Waqi'ah. Lagipula, membaca Al-Qur'an itu sendiri sudah merupakan ibadah yang sangat mulia, terlepas dari hadits tentang keutamaannya.
Yang perlu dihindari adalah keyakinan yang berlebihan, seolah-olah membaca surat ini adalah "jaminan otomatis" untuk kaya. Imam Al-Ghazali pernah menyebutkan bahwa para wali memang biasa membaca surat Al-Waqi'ah di hari-hari yang sulit. Tapi mereka tetap berusaha dan tidak hanya mengandalkan bacaan saja.
Kesimpulan: Warisan Indah yang Patut Dilestarikan
Tradisi membaca surat Al-Waqi'ah adalah warisan spiritual yang indah dari zaman sahabat Nabi. Abdullah bin Mas'ud telah mencontohkan kepada kita bagaimana seharusnya seorang orang tua mewariskan sesuatu kepada anak-anaknya: bukan hanya harta, tapi amalan dan ilmu yang akan terus bermanfaat.
Kalau Anda ingin mulai mengamalkannya, silakan. Tapi ingat, lakukan dengan niat yang benar, konsisten, dan tetap berusaha dalam mencari rezeki halal. Jangan jadikan ini sebagai pengganti usaha, tapi sebagai pelengkap dari ikhtiar kita.
Yang terpenting, apapun amalan yang kita pilih, yang Allah lihat adalah niat dan konsistensi kita dalam menjalankannya. Semoga Allah mudahkan kita untuk istiqomah dalam kebaikan dan memberkahi setiap usaha kita. Aamiin.
Wallahu a'lam bishawab. Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar